Abstrak
Terumbu karang merupakan aset yang perlu dijaga. Mereka memainkan peran penting dalam ekosistem laut. Akhir-akhir ini, terjadi fenomena pemutihan karang yang mengganggu ekosistem terumbu karang. Pemutihan Karang terjadi akibat berbagai macam tekanan, baik secara alami maupun non-alami karena anthropogenik yang menyebabkan degenerasi atau hilangnya zooxanthellae pewarna dari jaringan karang. Metode yang digunakan yaitu dengan mengumpulkan berbagai jurnal dari internet, kemudian di ringkas bagian yang penting oleh penulis menjadi sebuah karya tulis. Beberapa penyebabnya adalah pemanasan global,. pembangunan pesisir untuk perumahan, pengelolaan yang tidak berkelanjutan pada daerah aliran sungai dan pesisir pantai, eksploitasi terumbu karang secara berlebihan, pembuangan limbah, kegiatan perikanan yang merusak, serta kegiatan kapal di pesisir. Oleh karena itu perlu upaya seperti seperti mengurangi penggunaan BBM, pendayagunaan sebagai kawasan konservasi, membatasi aktivitas perikanan, melarang pengambilan minyak di area tersebut, serta memberikan edukasi kepada masyarakat dapat mengurangi terjadinya pemutihan karang sehingga tercipta ekosistem yang asri.
Kata kunci: pemutihan karang, pemanasan global, ekosistem.
Latar Belakang
Terumbu karang merupakan aset yang perlu dijaga. Mereka memainkan peran penting dalam ekosistem laut. Berbagai makhluk hidup seperti ikan, cacing laut, kuda laut hidup hidup bersamanya. Jika ekosistem terumbu karang rusak, maka akan berimbas kepada makhluk hidup yang tinggal didalamnya dan juga manusia. Ekosistem terumbu karang banyak yang dirusak. Aktivitas manusia merupakan penyebab utama kerusakan terumbu karang. Saat ini banyak didirikan sarana prasarana di kawasan terumbu karang yang tidak memperhatikan kondisi habitat mereka sehingga terancam kehidupanya. Sementara masalah ini belum selesai, selama dua dekade terakhir muncul permasalahan baru yaitu pemutihan karang ( coral bleaching ). Hal ini disebabkan karena naiknya suhu permukaan air laut akibat pemanasan global.
Menurut Sekerteriat Konvensi Keanekaragaman Hayati tahun 1999 bahwa perubahan iklim merupakan penyebab utama pemutihan karang. Perubahan iklim dari tahun ke tahun semakin meningkat. Suhu permukaan air laut secara beruntun menuju ke arah dimana melewati batas normal suhu terumbu karang untuk bisa hidup. Pemicunya adalah banyaknya gas-gas rumah kaca seperti karbondioksida. Gas ini dihasilkan oleh aktivitas manusia. Penggunaan kendaraan bermotor, pabrik, pengalihan area lahan hijau menjadi area perumahan sangat mempengaruhi hal tersebut. Jika hal ini terus berlanjut, maka kehidupan terumbu karang akan terancam. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya perlindungan terhadap terumbu karang sehingga habitanya tetap terjaga.
Metode Penelitian
Metode yang digunakan yaitu dengan mengumpulkan berbagai jurnal dari internet, kemudian di ringkas bagian yang penting oleh penulis menjadi sebuah karya tulis.
Pembahasan
Binatang karang berukuran kecil dan membentuk polip. Dalam jumlah banyak membentuk sebuah karang. Terumbu merupakan batuan kapur yang mengalami sedimentasi di laut. Sedimen tersebut merupakan karang yang telah mati dan ditumbuhi oleh karang yang masih hidup. Jadi, terumbu karang merupakan eksistem laut tropis yang terdapat pada laut dangkal memiliki kadar CaCO3(batu kapur) tinggi dan komunitasnya didominasi oleh hewan karang keras.(Guilcher dalam Pusat Perpustakaan).
Terumbu Karang memiliki peranan penting, antara lain:
Sebagai Ruang
Karang merupakan tempat berbagai makhluk hidup laut tinggal. Dimana berbagai keanekaragaman membentuk ekosistem yang spesifik.
Sebagai tempat perlindungan
Karang digunakan oleh ikan-ikan untuk bersembunyi. Mereka menghindari predator yang akan memangsanya.
Sebagai sumber makanan
Terumbu karang merupakan produsen bagi herbivora yang hidup dilaut.
Pemutihan Karang terjadi akibat berbagai macam tekanan, baik secara alami maupun non-alami karena anthropogenik yang menyebabkan degenerasi atau hilangnya zooxanthellae pewarna dari jaringan karang. Secara umum, pengertian pemutihan karang adalah terpisahnya alga yang bersimbiosis (Zooxanthellae) dari induk karang (Wilkinson, 2000). Secara umum, dalam pertumbuhannya karang mengandung sekitar 1-5 x 106 zooxanthellae cm2 . Ketika karang mengalami bleaching, umumnya kehilangan 60-90% dari zooxanthellaenya dan tiap zooxanthellae mungkin kehilangan 50-80% dari pigmen fotosintesis (GLYNN, 1993). Kondisi bleaching atau hilangnya warna dari tubuh karang dapat terjadi sebagai akibat dari kondisi lingkungan dan akan menyebabkan karang stress. Bila peristiwa ini terjadi secara terus menerus, maka akan mengakibatkan menurunnya kepadatan sel alga.
Salah satu faktor utama pemutihan karang yaitu terjadinya pemanasan global.Pemanasan global adalah kejadian meningkatnya temperatur rata-rata atmosfer, laut
dan daratan Bumi. Peneliti dari Center for International Forestry Research (CIFOR), menjelaskan bahwa pemanasan global adalah kejadian terperangkapnya radiasi gelombang panjang matahari (gelombang panas atau infra merah) yang dipancarkan ke bumi oleh gas-gas rumah kaca. Ada enam jenis gas rumah kaca, yaitu Karbondioksida ( CO ), Metana ( CH4 ), Nitrous oksida ( N2O ), Hydroperfluorokarbon ( HFCs ), Perfluorokarbon ( CFCs ), Sulfur Heksaflorida ( SF6). Gas-gas ini secara alami terdapat di udara (atmosfer). Efek rumah kaca adalah istilah untuk panas yang terperangkap di dalam atmosfer bumi dan tidak bisa menyebar. Penipisan lapisan ozon juga memperpanas suhu bumi karena semakin tipis lapisan atmosfer, maka semakin leluasa pancaran radiasi gelombang pendek matahari (termasuk ultraviolet) memasuki bumi. Selanjutnya, radiasi gelombang pendek ini berubah menjadi gelombang panjang atau gelombang panas matahari atau inframerah sehingga semakin meningkatkan konsentrasi gas rumah kaca. Dalam keadaan normal Efek Rumah Kaca alami diperlukan untuk mengurangi perbedaan suhu antara siang dan malam. Namun, dengan meningkatnya Gas Rumah Kaca terutama (CO2) akan semakin banyak gelombang panas matahari atau inframerah yang dipantulkan dari permukaan bumi diserap atmosfer sehingga suhu permukaan bumi semakin meningkat.
Beberapa akibat yang ditimbulkan dari pemanasan global yaitu:
a.Naiknya permukaan laut
Terumbu karang yang tidak bermasalah kebanyakan mampu bertahan dengan naiknya permukaan laut yang telah diperkirakan kurang lebih 50 cm hingga tahun 2100 (Panel antar Pemerintahan untuk Perubahan Iklim/ IPCC, 1995). Dataran terumbu yang terbuka pada saat surut yang membatasi pertumbuhannya keatas dapat mengambil keuntungan dari kenaikan itu. Akan tetapi, karang yang telah melemah karena meningkatnya suhu atau faktor-faktor lain mungkin tidak dapat tumbuh dan membangun kerangka tulang mereka secara normal. Apabila hal ini terjadi, pulau-pulau yang rendah tidak mendapat perlindungan dari terumbu karang disekitarnya.
b.Kenaikan Suhu
Kenaikan suhu laut 1–2°C diperkirakan terjadi tahun 2100 (Bijkma et al., 1995). Di banyak daerah tropis bahkan telah terjadi kenaikan 0,5°C selama 2 dekade terakhir (Strong et al., 2000). Tampaknya mungkin hanya perubahan kecil, tetapi ini dapat diartikan bahwa selama periode yang lebih hangat dari fluktuasi musim yang normal. Suhu akan melebihi batas toleransi dari hampir semua jenis karang sehingga dapat menaikkan frekuensi pemutihan (Hoegh Guldberg, 1999). Naiknya suhu permukaan air laut mempengaruhi kepekaan zooxanthellae, contohnya sinar yang diperlukan untuk fotosintesis malah merusak sel-selnya (Hoegh-Guldberg, 1999). Karang menjadi rapuh terhadap kenaikan radiasi sinar UV karena menipisnya lapisan ozon.
c.Berkurangnya tingkat pengapuran
Emisi global dari gas rumah kaca meningkatkan konsentrasi karbon dioksida di atmosfer dan di lautan dapat mengurangi kemampuan terumbu karang untuk tumbuh dengan proses pengapuran normal. Tingginya konsentrasi karbon dioksida meningkatkan keasaman air sehingga menurunkan tingkat pengapuran karang . Hal ini telah diperkirakan bahwa tingkat pengapuran dapat menurun kurang lebih 14–30% tahun 2050 (HoeghGuldberg, 1999). Peristiwa Ini akan mengurangi kemampuan terumbu untuk pulih dari peristiwa seperti pemutihan karang dan juga merusak kemampuan mereka menyesuaikan diri dengan kenaikan permukaan laut dan perubahan geologi.
d.Perubahan pola sirkulasi lautan
Jika perubahan pola sirkulasi lautan dalam skala besar berkembang, hal ini dapat mengubah distribusi dan transportasi larva karang (Wilkinson dan Buddemeier, 1994). Hal ini dapat berdampak pada perkembangan dan distribusi terumbu karang diseluruh dunia.
e.Pertambahan frekuensi kejadian cuaca yang merusak
Perubahan pola tahunan atmosfir dapat mengakibatkan berubahnya frekuensi, intensitas badai,serta perubahan pola presipitasi. Meningkatnya badai dapat mengakibatkan peningkatan kerusakan tidak hanya pada terumbu karang, tetapi juga komunitas pesisir.
Selain itu, beberapa faktor selain pemanasan global antara lain:
a.Pembangunan pesisir untuk perumahan, resort, hotel, industri, dan pelabuhan .
Hal ini menyebabkan reklamasi daratan dan penggerukan tanah. Hal ini dapat meningkatkan sedimentasi dan menimbulkan kerusakan fisik langsung bagi terumbu karang.
b.Pengelolaan yang tidak berkelanjutan di daerah aliran sungai dan daerah pesisir
Diakibatkan oleh pengurangan lahan hutan, pertanian yang buruk dan praktek pemanfaatan lahan yang buruk yang mengacu kepada pengaliran pestisida, pupuk dan sedimentasi.
c.Eksploitasi ikan yang berlebihan
Hal ini dapat mengakibatkan perubahan populasi pada terumbu karang. Penangkapan jenis ikan pemakan alga yang berlebihan dapat mengakibatkan pertumbuhan alga yang eksesif mengakibatkan meledaknya populasi jenis lain pada rantai makanan.
d.Kegiatan perikanan yang merusak
Seperti memakai alat peledak, penggunaan jaring insang, dan pukat yang mengakibatkan kerusakan fisik yang ekstensif bagi terumbu karang.
e.Pembuangan limbah industri dan rumah tangga
Hal ini dapat meningkatkan tingkat nutrisi dan racun dilingkungan terumbu karang. Pembuangan limbah yang tidak diolah langsung ke laut menambah nutrisi dan pertumbuhan alga yang berlebihan. Limbah kaya nutrisi dari pembuangan mengganggu karena mereka meningkatkan perubahan besar dari struktur terumbu karang secara perlahan dan teratur. Alga mendominasi terumbu hingga melenyapkan karang pada akhirnya(Done, 1992; Hughes, 1994).
f. Kegiatan kapal di area terumbu karang
Hal ini dapat berdampak bagi terumbu melalui tumpahan minyak dan pembuangan dari ballast kapal. Kerusakan fisik secara langsung dapat terjadi karena kapal membuang sauh di terumbu karang dan pendaratan kapal tak disengaja.
Melihat permasalahan diatas, beberapa upaya yang harus kita lakukan yaitu:
Mengurangi penggunaan bahan bakar minyak.
Bahan bakar minyak diganti dengan bahan yang bersifat ramah lingkungan seperti biosolar, dsb. Hal tersebut dapat meminimalisir banyaknya gas karbondioksida di atmosfer yang menyebabkan pemanasan global yang berasal dari hasil pembakaran.
Menjadikan kawasan terumbu karang sebagai kawasan konservasi.
Dengan dilakukanya hal tersebut, terumbu karang akan terjaga dari kerusakan yang diakibatkan oleh manusia. Selain itu, ekosistem tersebut juga dapat dijadikan kawasan wisata yang akhirnya dapat menjadi mata pencaharian penduduk setempat.
Melarang kegiatan pengambilan minyak disekitar terumbu karang.
Aktivitas ini bertujuan agar wilayah perairan terumbu karang tidak tercemar oleh minyak. Jika tercemar, ekosistem akan terganggu dan mengakibatkan berkurangnya populasi terumbu karang.
Memberikan edukasi kepada masyarakat akan pentingnya terumbu karang bagi kehidupan.
Hal ini bertujuan agar masyarakat sadar sepenuhnya terhadap perlindungan terumbu karang yang semakin hari semakin berkurang. Selain itu, masyarakat juga bisa memanfaatkan potensi terumbu karang dengan metode-metode yang ramah lingkungan.
Membatasi pengambilan ikan di area terumbu karang.
Hal tersebut berguna agar ekosistem terumbu karang tetap terjaga sehingga tidak ada dominasi populasi dari kehidupan di dalamnya.
Kesimpulan
Pemutihan Karang terjadi akibat berbagai macam tekanan, baik secara alami maupun non-alami karena anthropogenik yang menyebabkan degenerasi atau hilangnya zooxanthellae pewarna dari jaringan karang. Salah satu penyebabnya yaitu terjadinya pemanasan global. Selain itu, pembangunan pesisir untuk perumahan, pengelolaan yang tidak berkelanjutan pada daerah aliran sungai dan pesisir pantai, eksploitasi terumbu karang secara berlebihan, pembuangan limbah, kegiatan perikanan yang merusak, serta kegiatan kapal di pesisir juga berperan dalam terjadinya pemutihan karang.
Oleh karena itu , beberapa upaya seperti mengurangi penggunaan BBM, pendayagunaan sebagai kawasan konservasi, membatasi aktivitas perikanan, melarang pengambilan minyak di area tersebut, serta memberikan edukasi kepada masyarakat dapat mengurangi terjadinya pemutihan karang sehingga tercipta ekosistem yang asri.
Daftar Pustaka
Abrar, Muhamad dkk. Struktur Komunitas dan Penyakit Pada Karang (Scleractinia) di Perairan Lembata, Nusa Tenggara Timur. Vol 17,No.2
Chairani. Pemutihan Karang: Pengaruhnya terhadap Komunitas Terumbu Karang. Vol 8.No.3,2001
Kambey, Alex. Kondisi Terumbu Karang Pulau Bunaken Provinsi Sulawesi. Vol 2, 2014
Kementrian Lingkungan Hidup. 2014. Terumbu Karang.
Purba, Gandhi dkk. Ketahanan Terumbu Karang Menghadapi Kenaikan Suhu Permukaan Laut Guna Penentuan Kawasan Konservasi Laut Daerah di Teluk Cendrawasih.Vol 5,No 9, 2016
Saptarini, Dian dkk. Variasi Bentuk Pertumbuhan (lifeform) Karang di Sekitar Kegiatan Pembangkit Listrik, studi kasus kawasan perairan PLTU Paiton, Jawa Timur. Vol.5 No.2 ,2016
Setiawan, dkk. Dampak pemutihan karang tahun 2016 terhadap ekosistem terumbu karang: studi kasus di TWP Gili Matra (Gili Air, Gili Meno dan Gili Trawangan) Provinsi NTB. Volume 10, No. 2, 2017.
Siringoringo, Rikoh. Pemutihan Karang dan Beberapa Penyakit Karang. Volume 32, No.4, 2007.
Triana, Vivi. Pemanasan Global. Volume 2, No 2, 2008.
West, Jordan dkk. 2000. Pengelolaan Terumbu Karang yang Telah Memutih dan Rusak Kritis. Vol 21, No 8, 2005
Tidak ada komentar:
Posting Komentar