1. Halida ionik
Sebagian besar klorida, bromide, dan iodide ionik sangat larut dalam air dengan memberikan ion logam dan ion halida. Ada dua cara pembentukan senyawa halide yaitu, pertama interaksi langsung antara logam dan halogen menghasilkan ion logam dengan tingkat oksidasi tinggo, dan ke dua interaksi antara logam dengan asam halida menghasilkan ion logam dengan tingkat oksidasi lebih rendah. Sebagai contoh adalah preparasi besi (III) dan besi(II) klorida menurut persamaan berikut:
2Fe (s) + 3Cl2 (g) -> 2FeCl3 (s)
Fe (s) + 2HCl (g) -> FeCl2 (s) + H2 (g)
Pada kasus pertama klorin bertindak sebagai oksidator kuat sehingga menghasilkan ion logam dengan tingkat oksidasi tinggi, sedangkan pada kasus ke dua ion hydrogen bertindak sebagai oksidator lemah hingga menghasilkan ion logam dengan tingkat oksidasi rendah.
Tidak semua garam iodide dengan tingkat oksidasi tinggi dari logam yang bersangkutan dapat dipreparasi, karena ion iodide sendiri bersifat sebagai reduktor, sebagai contoh, ion iodide akan mereduksi tembaga(II) menjadi tembaga(I) menurut persamaan reaksi:
2Cu2+ (aq) + 4I- (aq) -> 2CuI (s) + I2 (s)
Akibatnya, tembaga(II) iodide, CuI2, tidak pernah ditemui.
Cara yang umum untuk membedakan ion klorida, bromida, dan iodide adalah melibatkan penambahan larutan perak nitrat untuk memperoleh endapan tertentu, menurut persamaan reaksi umum:
X- (aq) + Ag+ (aq) -> AgX (s)
Endapan perak klorida berwarna putih, perak bromide berwarna krem dan perak iodide berwarna kuning. Untuk meyakinkan identitas halide ini, larutan ammonia ditambahkan ke dalam perak halide; perak klorida larut sedangkan kedua lainnya tidak membentuk ion kompleks menurut persamaan reaksi berikut:
AgCl (s) + NH3 (aq) -> [Ag(NH3)2]+ (aq) + Cl- (aq)
Uji khusus yang lain terhadap ion klorida adalah melibatkan reaksi dengan kalium dikromat dan asam sulfat pekat yang cukup berbahaya. Pada pemanasan campuran akan diperoleh senyawa merah yang mudah menguap dan beracun yaitu kromil klorida, CrO2Cl2, menurut persamaan reaksi:
K2Cr2O7(s) + 6H2SO4 (l) + 4NaCl (s) -> 2CrO2Cl2 (l) + 2KHSO4 (s) + 4NaHSO4 (s) + 3 H2O (l)
Pada pemanasan, uap merah ini dapat ditampung dalam air dan menghasilkan larutan kuning asam kromat, H2CrO4, menurut persamaan reaksi:
CrO2Cl2 (g) + H2O (l) -> H2CrO4 (aq) + 2HCl (aq)
Untuk menguji ion bromide dan ion iodide dapat ditanbahkan karutan diklorin dalam air. Terjadinya warna kuning hingga coklat karena kedua halogen ini, Br2, dan I2, bersifat non polar, maka untuk membedakan antara keduanya dilakukan penambahan pelarut non polar atau yang mempunyai sifat polaritas rendah seperti karbon tetraklorida, CCl4, larutan kuning-coklat dikocok dengan pelarut organic tersebut, maka halogen akan berpindah masuk kedalamnnya; untuk bromin akan diperoleh warna coklat sedangkan untuk iodin diperoleh warna violet-ungu.
Uji lain yang sangat sensitive dan spesifik terhadap iodin adalah dengan larutan amilum (kanji) yang menghasilkan warna biru atau biru kehitaman jika dipakai larutan pekat. Tidak ada ikatan kimia yang terlibat dalam hal ini melainkan molekul-molekul polimer amilum membungkus diri di seputar molekul iodin, karena karakteristik inilah amilum dipakai sebagai indicator dari suatu reaksi yang melibatkan spesies iodin.
Iodin adalah molekul non polar, oleh karena itu kelarutannya dalam air sangat rendah. Tetapi iodin sangat larut dalam larutan iodide dalam air. Hal ini oleh karena terjadinya reaksi keseimbangan dengan ion triiodide, I3- sebagai berikut:
I2 (s) + I- (aq)↔ I3- (aq)
Secara kuantitatif ion iodide sering ditentukan dengan metode analisis titrimetric, ion iodide dioksidasi dulu misalnya dengan oksidator ion iodat IO3-, iodin hasil yang keberadaannya daoat dideteksi dengan indicator amilum kemudian dititrasi dengan larutan tiosulfat standar.
2. Halida Kovalen
Sebagai akibat gaya intermolekuler yang lemah, sebagian besar senyawa kovalen halide berupa gas atau cair dengan titik didih rendah. Titik didih molekul non-polar berkaitan langsung dengan kekuatan gaya intermolecular, dalam hal ini gaya disperse London yang berkaitan pula dengan jumlah electron sebagaimana ditunjukkan oleh seri boron halida.
Banyak senyawa halide kobalen dapat dipreparasi melalui interaksi langsung unsur yang bersangkutan dengan halogen. Apabila dua macam senyawa dapat dibentuk, rasio mol antara kedua unsur yang bereaksi menentukan hasil yang satu lebih dominan daripada yang lain. Sebagaimana contoh reaksi antara klorin dengan fosfor. Pada reaksi ini, kelebihan klorin akan menghasilkan fosfor pentaklorida, dan sebaliknya kelebihan fosfor akan menghasilkan fosfor triklorida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar